Gigi Nasta & Nara sudah maju, tentu saja Ibu sedih. Selain karena memikirkan biaya kawat gigi 10 tahun lagi yang tentunya sudah melonjak super duper tajam, dan memikirkan bahwa belom tentu kedua anak-anak ibu ini dengan senang hati mau pake kawat gigi.
Karena sejak kemaren kita ga kemana-kemana, dan Ibu harus bisa bertindak tegas, atau mungkin kejam? Membiarkan Nasta & Nara nangis sekencang mereka inginkan apabila keinginan mereka tidak terpenuhi. Tentu saja jika keinginan itu memang mengada-ada. Atau tangisan itu hanya "senjata" saja. Sudah saat nya mereka tau bahwa menangis itu tidak ada gunanya.
Tapiiiiiiiiiiii.... cara ini kurang sukses jika ada ayah. Hhmm.... gimana caranya ngajak kerjasama ayah yah???
Ayah itu paling ga bisa dengar anak-anak nya nangis teriak-teriak. Padahal kan kalo tujuannya mendidik mereka, berisik sebentar aja ga masalah dong?
Paling sebal kalo ada ayah pas Nara di pijat Bu Diah. Wah... bisa batal pijat karena ada ayah, karena ya itu, ayah ga bisa dengar anak nya menangis. Untungnya waktu Nara sakit dulu, ayah kerja. Jadi dia ga liat anak nya di tusuk-tusuk jarum. Bisa ga jadi di infus.
Ceritanya semalam Ibu dengan tegas melarang Nasta (terutama) untuk MENGHENTIKAN kebiasaannya menghisap jempol, karena gigi nya dia sudah sangat mengkhawatirkan. Gigi Nasta itu kecil-kecil, dan jarang. Gigi depan sudah maju, bentuk rahang nya sudah berubah. Ibu takut sekali bentuk rahang nya akan ke-default sampai dia besar nanti. Cukup lah gigi ibu aja yang jelek. Anak-anak ga usah... Nah semalam ibu benar-benar melarang Nasta ngisep jempol, dari mulai mengambil handuk nya (Nasta & Nara isap jempol sambil megang handuk, kebiasaan dari bayi), lalu suruh dia mikir, bahwa jari jempol nya sudah mengecil, akan terlihat jelek jika suatu hari nanti Nasta mau main piano. Juga berdoa dengan suara kencang, "Ya Allah, tolong bantu Nasta untuk menghentikan kebiasaan buruk nya ini."
Akhirnya walaupun dengan penuh perjuangan, Alhamdulillah Nasta bisa melalui malam itu tanpa mengisap jempol. Sepertinya dia usaha sekali. Nara? blom berhasil, musti lebih pelan-pelan lagi. Pagi nya, Nasta bangun dan menanyakan handuknya, ibu bilang "kan smalam ga pake handuk". Mulai lah dia nangis lagi. Setelah di bujuk, akhirnya berhenti nangis juga. Perjuangan ibu belum selesai, karena Nasta dan Nara itu sering banget berebutan barang, padahal kalo ga di pegang oleh salah satu anak itu, tuh barang juga ga ada yang pegang. penyakit klasik kan? Dan biasanya, ibu tidak membiarkan mereka pegang barang itu, ibu ambil aja. Mereka berebutan acara TV pun, ibu akan mematikan TV, daripada memenangkan salah satu dari mereka.
Tadi siang mulai lagi, Nasta merengek minta handuk, karena dia sudah ngantuk. Ibu dengan senang hati membiarkan dia menangis kencang. Lucunya, di sela-sela tangisannya, Nasta berkata, "aku kan anak ayah banget. aku mau ayah. aku mau sama ayah." Hahahahaha.....
Sempat diam, karena cape kali, tapi nangis lagi. Kali ini ayah nya tidak tahan, jadi si ayah sibuk ngebujuk Nasta. Ibu?? Ya ngapain lagi? Keluar kamar aja. Daripada berantem ma ayah.
Setelah Nasta diam, kami asyik main berdua, Ibu ngomong ke Nasta, "Karena ibu sayang kaka jadi ibu ngelarang kaka ngisep jempol. Gigi kaka udah rusak, ibu ga mau kakak nanti malu di ejek ma' temen-temen karena gigi kaka maju. ibu ga mau gigi kaka rusak. kakak ngerti kan? Ibu sayang ma kakak."
Dan kalo lagi begini, dia nurut apa kata ibu. Nasta pun ikut meluk ibu.. hhmm... kira-kira nanti malam minta handuk lagi ga yah???
No comments:
Post a Comment