Bye Bye Thumb(s)

Setelah dapat teguran keras dari drg. Tyas di Klinik Tumbuh Kembang, ayah dan ibu memutuskan untuk lebih tegas ke Nasta dan Nara. Minta mereka untuk berhenti ngenyot jari jempol.

Aksi tangis terjadi
Tidak rela mereka melepaskan jempol andalan.

"Aku ga bisa tidur Bu kalo ga ngenyot," kata Nasta mencari pembenaran.
"Kenapa ga bisa Kak? Tinggal merem aja kan?" kata Ibu
"Aku mau ngenyooottt," teriak Nara

Tiba di rumah, hal pertama yang saya lakukan adalah "menghilangkan" box tisu. Loh kok?? Hehehe... iya, Nasta Nara ini punya keajaiban, kalo ngenyot harus pegang tisu.
Duluuuu... sih dari kain bayi itu loh, naik tingkat ke handuk kecil. Sampai kami harus beli handuk kecil 2 untuk satu warna. Karena mereka suka berebutan. Sempat ada usaha untuk menghentikan kebiasaan ngenyot mereka. Semua handuk saya singkirkan! Tanpa terkecuali.

Ga kehilangan akal, mereka mencari menggunakan ujung bantal. Kebayang dong, kalo pergi-pergi harus bawa bantal supaya mereka bisa ngenyot. Hiks..

Ntah siapa yang memulai, akhirnya pegangan ngenyot beralih ke tisue. Dan pastinya Nara yang mempunyai kebiasaan memelintir tisu, hingga runcing, dan dimasukkan ke lubang hidung saat mengenyot jempol. Lucu? Memang. ^_^

Ok, tisu sudah "dibuang". Selanjutnya? Adegan menangis yang tak kunjung usai, terutama oleh Nara. Saya ceritakan ke mereka, pengalaman saya menggunakan kawat gigi. Dan itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Padahal saya pakai kawatnya hanya tiap mau tidur aja. Yang model copotan itu loh.

"Ibu pakai kawat gigi kelas 1 SMP. Awalnya gigi kita di cetak pake bahan yang kaya gusi warnanya. Rasanya??? yeaaakk... ga enak banget! Pengen muntah. Setelah kering, dari cetakan itu akan terlihat gigi mana yang harus di cabut. Supaya saat pasang kawat, bisa maksimal. (note: gigi saya besar-besar, jadi rahang atas kepenuhan gigi)
Ibu masih enak tuh, pake kawat gigi nya hanya malam hari. Jadi kalo sekolah ga harus pake. Tapiii... kalo abis pake kawat itu.. sakit nyaaa... karena gigi nya kan harus di tarik. Nah, kakak ma adek bisa bayangin deh tuh. Itulah sebabnya, Ibu ga mau kakak atau adik pake kawat gigi. SAKIT."

Nasta, walaupun sempet usaha .. tapi bisa tidur dengan pulas. Tanpa ngenyot. "Tangan taro dibawah bantal," begitu kata saya dan ayah nya.

Nara, terus berusaha berdebat. Sambil diiringi isak tangis.
"Aku kan sudah biasa ngenyot Bu. Mana enak ga ngenyot."

Agak lebih susah buat Nara. Karena dia jadi bener-bener ga tidur. Nangis terus.
Walaupun Alhamdulillah, akhirnya berhasil tidur. Tanpa ngenyot.
Tidak dipungkiri, gerakan reflek untuk ngenyot saat tidur ada. Tapi mereka tidak marah.

Malam pertama berjalan baik. Paginya mereka sangat bangga, "Aku tidak ngenyot kan Bu??"

Walaupun mata Nara bengkak akibat nangis semalamam.



Keesokan hari nya, Ibu pergi hampir seharian. Ada nenek yang jaga mereka. Pulang jam 8 malam, kata Nenek, "ga ada yang tidur siang nih"

Dan alasan Nasta, "Kalo malam aku bisa tidur ga ngenyot. Tapi kalo siang aku harus ngenyot." Hmm... mencari pembenaran lagi ..

Malam kedua, tidak ada kesulitan buat Nasta.
Nara masih terus berusaha nego. "Aku suka ngenyot Bu. Aku susah tidur bu. Ngenyot itu enak Bu." Nangis dikit.. tidak sebanyak malam sebelumnya.

Saya hanya mencoba kasih pengertian ke Nara. Dan meyakinkan dia, "Nara bisa. Nara pasti bisa!" (dilagukan, kaya iklan .. apa yah? lupa).

Hasilnya? Malam kedua tanpa ngenyot.

Alhamdulillah

Empat malam dan mereka sukses tidur tidak ngenyot. Makanya malam ini diperbolehkan nginep di rumah Tata Anis + Tata Ira.